ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, TINGKAT SUKU BUNGA, DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP RETURN SAHAM (STUDI KASUS PADA PT.SEMEN INDONESIA,TBK PERIODE 2005 – 2014)
ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR,
TINGKAT SUKU BUNGA, DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP RETURN SAHAM
(STUDI KASUS PADA PT.SEMEN INDONESIA, TBK PERIODE 2005 – 2014)
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
Muhammad Firmansyah
115020407111007
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
DAN BISNIS
UNIVERSITAS
BRAWIJAYA
MALANG
2015
LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL
Artikel
Jurnal dengan judul :
ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR,
TINGKAT SUKU BUNGA, DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP RETURN SAHAM
(STUDI KASUS PADA PT.SEMEN INDONESIA,TBK PERIODE 2005 – 2014)
Yang disusun oleh :
Nama
|
:
|
Muhammad Firmansyah
|
NIM
|
:
|
115020407111007
|
Fakultas
|
:
|
Ekonomi dan Bisnis
|
Jurusan
|
:
|
S1 Ilmu Ekonomi
|
Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat
sebagai persyaratan ujian skripsi yang
dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 30Maret 2015
Malang, 30Maret 2015
Dosen Pembimbing,
Dr.
Moh.Khusaini, S.E, M.Si, MA
NIP.
19710111 199802 1 001
Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai
Tukar, Tingkat Suku Bunga, dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Return Saham
(Studi Kasus Pada PT.Semen Indonesia, Tbk Periode 2005-2014)
Muhammad
Firmansyah
Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
ABSTRAK
Masalah yang sering kali muncul pada
perusahaan ialah bagaimana cara perusahaan mendapatkan dana untuk membiayai
berbagai kegiatannya, dimana dana tersebut digunakan oleh perusahaan sebagai
biaya dalam investasi perusahaan. Dengan mempertimbangkan keadaan ekonomi makro
seperti inflasi, nilai tukar, tingkat suku bunga, dan pertumbuhan ekonomi
investor cenderung melakukan spekulasi dalam menanamkan modalnya. Investor
menginginkan keuntungan berinvestasi dalam bentuk saham yang berupa capital
gain dan deviden. Dengan adanya perubahan ekonomi makro maka akan
mempengaruhi kinerja pasar modal karena kondisi yang tidak stabil pada ekonomi
makro akan mengganggu profitabilitas suatu perusahaan. Dengan menggunakan
metode analisis Error Correction Model dapat melihat perubahan yang
terjadi secara keseluruhan dalam jangka pendek dan jangka panjang variabel
seperti inflasi, nilai tukar, tingkat suku bunga, dan pertumbuhan ekonomi dalam
mempengaruhi return saham yang diinginkan oleh investor.
Kata kunci : inflasi, nilai tukar, tingkat suku bunga, pertumbuhan
ekonomi, return saham
A.
PENDAHULUAN
Peran aktif lembaga pasar modal sangat diperlukan untuk membangun
perekonomian suatu negara. Secara umum pasar modal merupakan wahana kegiatan
suatu perusahaan untuk mencari dana yang dapat mendanai kegiatan usahanya.
Dalam hal ini fungsi utama pasar modal adalah sebagai sarana untuk pembentukan
modal bagi pembiayaan perusahaan atau emiten yang membutuhkan dana.
Masalah yang seringkali muncul pada
perusahaan umumnya ialah bagaimana cara – cara perusahaan mendapatkan dana
untuk membiayai berbagai kegiatannya, dimana dana tersebut akan digunakan
sebagai biaya dalam investasi perusahaan. Investasi sendiri dapat dilakukan
pada aktiva riil atau real assets ataupun pada aktiva finansial atau sekuritas
(membeli serifikat deposito, commercial paper, saham, obligasi, atau sertifikat
reksadana).
PT.Semen Indonesia (Perseroan) Tbk
adalah produsen semen yang terbesar di Indonesia. Pada tanggal 8 Juli 1991 Semen Gresik yang
sekarang menjadi PT.Semen Indonesia (Perseroan) Tbk tercatat di Bursa Efek
Jakarta dan Bursa Efek Surabaya sehingga menjadikannya BUMN pertama yang go
public dengan menjual 40 juta lembar saham kepada masyarakat.
Pada tanggal 18
Desember 2012 PT.Semen Indonesia melakukan penandatanganan transaksi final
akuisisi 70 persen saham Thang Long Cement, perusahaan semen terkemuka Vietnam
yang memiliki kapasitas produksi 2,3 juta ton/tahun. Akuisisi Thang Long
Cement Company ini sekaligus menjadikan PT.Semen Indonesia sebagai BUMN
pertama yang berstatus multinational
corporation.
Sumber : PT.
Semen Indonesia, diolah (2014)
Pada tahun 2011 harga saham PT.Semen Indonesia pada awal periode
berfluktuasi yang kemungkinan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Tetapi pada
akhir periode tahun 2011 harga saham PT.Semen Indonesia ditutup naik dengan
harga saham awal sebesar Rp.7.750 dan harga saham akhir Rp.11.450 yang telah terlihat jelas pada grafik 1 di
atas. Pada tahun 2011 ini kinerja perusahaan PT.Semen Indonesia berjalan dengan
baik yang digambarkan dengan pergerakan harga saham yang akan memberikan
kesempatan kepada calon investor untuk menanamkan modalnya.
Grafik 2 :Harga Saham PT.Semen Indonesia dan Pergerakan
IHSG Tahun 2012
Sumber
: PT. Semen Indonesia, diolah (2014)
Di tahun 2012 ini harga saham PT.Semen Indonesia juga mengalami
kenaikan dengan di akhir periode harga ditutup naik sebesar 38,4% dimana
investor memperoleh keuntungan dari investasi ini. Dimana terlihat jelas grafik
2 di atas harga saham PT.Semen Indonesia awal periode 2012 seharga Rp.11.450
dan di akhir periode ditutup seharga Rp.15.850. Pada tahun 2012 ini kinerja
perusahaan PT.Semen Indonesia ini berjalan baik yang akan memberi gambaran
informasi bagi investor bahwa periode di tahun 2012 harga saham PT.Semen Indonesia
naik setiap bulannya yang akan memberikan stimulus keuntungan memiliki saham
dari PT.Semen Indonesia.
Grafik 3 :Harga Saham PT.Semen Indonesia dan Pergerakan
IHSG Tahun 2013
Sumber
: PT. Semen Indonesia, diolah (2014)
Pada tahun 2013 harga saham PT.Semen Indonesia mengalami penurunan dan IHSG
juga mengalami penurunan. Adanya penurunan IHSG dan harga saham PT.Semen
Indonesia dikarenakan Indonesia mengalami risiko daya beli uang yang tertinggi
di ASEAN pada tahun 2013. Inflasi yang tinggi di Indonesia menjadikan investor
tidak ingin menanamkan dananya karena akan adanya kenaikan harga – harga yang
memberikan risiko sistemik yang nantinya akan berdampak pada keuntungan
perusahaan.
Kinerja pasar modal dapat dijadikan sebagai salah satu indikator kinerja
ekonomi secara keseluruhan dan memberi gambaran apa yang akan terjadi dalam
ekonomi makro. Dengan adanya perubahan pada
indikator ekonomi makro secara langsung memberikan pengaruh pada kinerja pasar
modal. Untuk itu, keadaan ekonomi makro haruslah dalam kondisi baik yang
nantinya akan menarik dan minat investor untuk menginvestasikan dananya.
Informasi - informasi kondisi ekonomi makro
diperlukan investor untuk melakukan investasi. Kondisi ekonomi makro secara
keseluruhan akan mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat, pengusaha dan
investor dalam berspekulasi. Kondisi ekonomi makro yang baik akan menciptakan
investasi yang baik. Adanya kecenderungan hubungan yang kuat antara apa yang
terjadi pada lingkungan ekonomi makro dengan kinerja suatu pasar modal.
Perubahan di dalam kinerja pasar modal akan mencerminkan apa yang terjadi pada
perubahan perekonomian makro. Dengan adanya perubahan kinerja pasar modal tidak
bisa dipisahkan dengan perubahan yang terjadi pada prospek berbagai perusahaan
yang ada di pasar yang selanjutnya dapat mempengaruhi aliran kas yang bisa
diperoleh dari suatu perusahaan di masa yang akan datang.
B.
KAJIAN PUSTAKA
A.
Hubungan
Inflasi Terhadap Return Saham
Inflasi
merupakan fenomena moneter yang pada umumnya menjadi permasalahan yang terjadi
hampir di semua negara. Inflasi sendiri dapat didefinisikan sebagai naiknya
harga – harga secara umum dan terus – menerus. Selain itu, menurut Arifin
(2001) inflasi juga dapat didefinisikan sebagai penurunan daya beli uang.
Menurut Tandelilin (2010), inflasi merupakan kecenderungan terjadinya
peningkatan harga produk - produk secara keseluruhan. Inflasi yang tinggi
mengurangi tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasi.
Sebaliknya, jika tingkat inflasi suatu negara mengalami penurunan maka hal ini
merupakan sinyal yang positif bagi investor seiring dengan turunnya risiko daya beli
uang dan risiko penurunan
pendapatan riil.
Inflasi akan mempengaruhi perekonomian dengan adanya menurunnya
pendapatan, kekayaan, dan efisiensi produksi. Dengan tingginya inflasi maka
akan terjadi penurunan jumlah permintaan secara agregat. Penurunan jumlah
permintaan ini yang nantinya akan menurunkan pendapatan perusahaan sehingga
akan berpengaruh pada return yang
diterima perusahaan. Inflasi yang tinggi akan menurunkan profitabilitas suatu
perusahaan dimana harga produksi semakin naik. Dengan turunnya profit
perusahaan adalah informasi yang tidak baik bagi para investor di bursa saham
dan dapat mengakibatkan turunnya harga saham dan akan mempengaruhi return saham perusahaan tersebut.
B.
Hubungan
Nilai Tukar Terhadap Return Saham
Kurs
diartikan sebagai harga satu unit mata uang domestik dalam satuan valuta asing.
Melemahnya nilai tukar domestik terhadap mata uang asing (seperti rupiah terhadap
dollar) memberikan pengaruh yang negatif terhadap pasar modal karena pasar
modal menjadi tidak memiliki daya tarik karena daya beli uang domestik untuk
dikonversikan ke valuta asing menjadi turun yang menyebabkan investor tidak
ingin menanamkan modalnya.
Nilai
tukar mata uang memberi andil dalam pergerakan harga saham dimana dalam teori
makroekonomi, nilai tukar dengan harga saham mempunyai korelasi dan akan
berpengaruh terhadap kinerja suatu perusahaan. Seorang investor dan pelaku
pasar modal biasanya sangat berhati – hati dalam menentukan posisi beli atau
jual jika posisi nilai tukar tidak stabil. Dalam sektor properti, kondisi nilai
tukar rupiah yang menurun akan berdampak buruk mengingat banyak perusahaan
properti memiliki hutang luar negeri. Kinerja yang menurun akan berdampak pula
pada penurunan return saham, terutama di dunia properti. Hal ini akan
menyebabkan lesunya minat investor domestik maupun asing untuk menanamkan
dananya karena ekspektasi yang kurang menguntungkan.
Ada dua teori untuk menunjukkan adanya hubungan antara nilai tukar
dengan harga saham.
Dimana teori tersebut yaitu :
1.
Good Market Approach yang
menyatakan perubahan mata uang atau kurs mempengaruhi kompetitifnya suatu
perusahaan yang nantinya akan mempengaruhi pendapatan perusahaan dan selajutnya
harga saham yang nantinya akan berdampak pada return saham.
2.
Portofolio Balance Approach
yang menyatakan kenaikan return saham
akan menarik arus modal (capital flow)
yang selanjutnya akan meningkatkan demand
mata uang domestik dan kurs terapresiasi.
Di dalam penelitian Wongbangpo dan Sharma (2002) menemukan bahwa
nilai tukar memiliki hubungan positif dengan harga saham di negara Indonesia,
Malaysia, dan Filipina, sebaliknya berhubungan negatif di Singapura dan
Thailand. Dengan begitu perubahan nilai tukar posisi yang ada sekarang menjadi
acuan untuk investor untuk berspekulasi di masa yang akan datang.
C.
Hubungan
Tingkat Suku Bunga Terhadap Return Saham
Tingkat
suku bunga atau interest rate merupakan pengembalian atas sejumlah
investasi sebagai bentuk imbalan yang diberikan kepada investor dalam
menanamkan dananya. Tingkat suku
bunga dapat menjadi salah satu pedoman investor dalam pengambilan keputusan
investasi pada pasar modal. Sebagai wahana alternatif investasi, pasar modal
menawarkan suatu tingkat pengembalian (return)
pada tingkat risiko tertentu. Dengan membandingkan faktor keuntungan dan risiko
pada pasar modal dengan faktor tingkat suku bunga yang ditawarkan sektor
keuangan, investor dapat memutuskan bentuk investasi apa yang mampu menghasilkan
keuntungan yang optimal dengan sesuai ekspektasi.
Menurut Tandelilin (2010) tingkat bunga
dan harga saham memiliki hubungan yang negatif. Tingkat suku bunga yang rendah
akan menyebabkan biaya peminjaman yang lebih rendah. Suku bunga yang rendah
akan menimbulkan investasi dan kegiatan perekonomian yang akan menyebabkan
harga saham meningkat. Dalam dunia properti, suku bunga berperan dalam
meningkatkan kegiatan perekonomian sehingga berdampak pada kinerja perusahaan
properti yang berakibat langsung pada meningkatnya return saham. Tingkat
suku bunga yang meningkat akan menyebabkan peningkatan suku bunga yang
diwajibkan atas investasi pada suatu saham. Dengan begitu tingkat suku bunga yang meningkat
bisa menimbulkan investor menarik investasinya pada saham yang telah
diinvestasikannya dan memindahkannya pada investasi berupa tabungan ataupun
deposito.
Tingkat
bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan uang (ditentukan dalam
pasar uang). Perubahan tingkat suku bunga selanjutnya akan mempengaruhi
keinginan untuk melakukan kegiatan investasi, misalnya pada surat berharga,
dimana harga dapat naik atau turun tergantung pada tingkat bunga (bila tingkat
bunga naik maka surat berharga turun dan sebaliknya), sehingga ada kemungkinan
pada pemegang surat berharga akan mengalami capital loss atau capital gain.
D.
Hubungan
Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Return Saham
Menurut
Dornbusch (2004) bahwa pengukuran tunggal dari pertumbuhan ekonomi adalah Gross
Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB), yaitu penghitungan
semua barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri dalam satu tahun.
Pertumbuhan ekonomi sendiri menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan
output riil per orang. Apabila terjadi penurunan GDP yang menggambarkan
melemahnya pertumbuhan ekonomi akan mengakibatkan kondisi dalam kegiatan
perekonomian juga akan melemah karena tidak adanya rangsangan untuk
berinvestasi bagi investor yang ingin menanamkan modalnya. Jika pertumbuhan
ekonomi membaik, maka daya beli masyarakat akan meningkat pula dan hal ini
memberikan kesempatan pada perusahaan untuk meningkatkan penjualannya dan calon
investor untuk menanamkan modalnya. Dengan meningkatnya penjualan dari perusahaan maka kesempatan
perusahaan memperoleh laba tersebut juga akan mengalami peningkatan.
Korelasi dengan analisis pasar modal terhadap
pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan, pertama pertumbuhan ekonomi suatu negara
akan dipengaruhi oleh pertumbuhan investasi. Kedua, semakin baik tingkat
perekonomian suatu negara, maka semakin baik pula tingkat kemakmuran
penduduknya. Tingkat kemakmuran yang lebih tinggi ini umumnya diteruskan dengan
adanya kenaikan tingkat pendapatan masyarakatnya. Ketiga, dengan adanya
peningkatan pendapatan tersebut, maka akan semakin banyak orang yang memiliki
kelebihan dana, kelebihan dana tersebut dapat dimanfaatkan untuk disimpan dalam
bentuk tabungan atau diinvestasikan dalam bentuk surat-surat berharga yang
diperdagangkan dalam pasar modal.
Menurut Lisa W.P (2003) menyimpulkan terdapat
hubungan positif antara pertumbuhan ekonomi terhadap return saham, yang artinya pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan
meningkatkan investasi, meningkatnya investasi akan meningkatkan harga saham. Dengan meningkatnya perekonomian akan meningkatkan jumlah produksi
barang dan jasa. Peningkatan produksi ini akan meningkatkan profit perusahaan
sehingga harga saham perusahaan akan naik.
C.
METODE
PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
pendekatan deskriptif kuantitatif. Menurut Sugiyono (2005), penelitian
kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian – bagian
dan fenomena serta hubungan – hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah
mengembangkan dan menggunakan model – model matematis, teori – teori dan atau
hipotesis yang berkaitan dengan fenomena yang terjadi.
B.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
bersifat kuantitatif berupa data yang dipublikasi dan harga saham yang berasal
PT.Semen Indonesia (Persero) Tbk. Data yang diperlukan dalam penelitian ini
merupakan data sekunder historis, dimana diperoleh melalui berbagai macam
sumber seperti inflasi, nilai tukar, BI
rate, pertumbuhan ekonomi Indonesia, dan harga saham di PT.Semen Indonesia.
Selain itu untuk mengetahui inflasi, nilai tukar, dan BI rate dapat dilihat di www.bi.go.id dan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat dlihat di www.bps.go.id
C.
Definisi Operasional Variabel
Definsi operasional adalah dari variabel - variabel yang
digunakan dalam penelitian ini menunjukkan cara pengukuran dari masing - masing
variabel tersebut. Pengertian dari masing - masing variabel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah :
a.
Variabel
Dependen
Return saham adalah
tingkat keuntungan yang diperoleh oleh investor atas modal yang
diinvestasikannya. Return saham
merupakan hasil investasi surat berharga (saham) yang dapat berupa capital gain/loss yaitu selisih antara
harga saham saat ini (closing price
pada periode t) dengan harga saham periode sebelumnya (closing price pada periode t-1) dibagi dengan harga saham pada
periode sebelumnya (closing price
pada periode t-1) kemudian dikali 100%.
Dimana : Pit = harga saham pada periode t
Pi,t - 1 = harga
saham pada periode t-1
b.
Variabel
Independen
- Inflasi
Inflasi
merupakan dimana harga – harga barang dan jasa secara umum naik secara terus –
menerus atau menurunnya daya beli uang. Data inflasi dikeluarkan oleh Bank
Indonesia.
- Nilai
Tukar (kurs)
Kurs
adalah harga nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Kurs yang digunakan
adalah kurs tengah rupiah terhadap dollar Amerika Serikat yang dikeluarkan oleh
Bank Indonesia.
- BI Rate
Tingkat
suku bunga merupakan pengembalian atas sejumlah investasi sebagai bentuk
imbalan yang diberikan kepada investor. Tingkat suku bunga diukur melalui
tingkat suku bunga acuan yaitu BI rate.
- Pertumbuhan
Ekonomi
Pertumbuhan
ekonomi adalah suatu proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang.
Dalam hal pertumbuhan ekonomi adanya unsur perubahan dan perkembangan.
Pertumbuhan ekonomi diukur dengan perkembangan produk domestik bruto (PDB).
D.
Estimasi Error
Correction Model (ECM)
Model Error Correction Model (ECM) bertujuan
untuk mencari keseimbangan jangka pendek atau mengkoreksi ketidakseimbangan
jangka pendek menuju keseimbangan jangka panjang. Dalam
analisis ekonomi, Error Correction Model
(ECM) dapat digunakan untuk menjelaskan adanya ketidakseimbangan (disequilibrium) dimana fenomena yang
diinginkan tidak sesuai dengan kenyataan. ECM
mempunya ciri dimana dimasukannya unsur Error Correction Term (ECT)
dalam model. Apabila koefisien pada ECT signifikan secara statistik, maka
spesifikasi model yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah baik. Setelah
spesifikasi model valid, dilanjutkan pengujian variabel independen terhadap
variabel dependen secara parsial. Dari penjelasan tersebut, maka dapat
persamaan ECM yang sesuai, yaitu :
Keterangan :
Returnt = return pada periode ke – t
INFt = inflasi pada periode ke – t
NTt = nilai tukar pada periode ke – t
BI ratet = suku bunga pada periode ke – t
PEt = pertumbuhan ekonomi pada periode ke – t
β1 + β4 =Koefisien Regesi
ECT = Error
Correction Term(lag satu periode dari error term)
D.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
A.
Hasil
Uji
Stasioneritas dan Uji Derajat Integrasi
Pengujian ini dilakukan pada data semua variabel yang digunakan
dalam penelitian. Menggunakan Augmented
Dickey Fuller Test. Variabel dikatakan stasioner atau tidak mengandung unit root apabila nilai absolut Augmented Dickey Fuller Statistic variabel
tersebut tidak lebih besar dari nilai probabilitasnya < 5% (0,05).
Tabel 1:Hasil
Pengujian Stasioneritas Augmented Dickey
Fuller Test
Variabel
|
Signifikan
(level)
|
Signifikan
(1st diff)
|
Signifikan
(2nd diff)
|
Keterangan
|
Inflasi
|
0.0178
|
0.0000
|
0.0007
|
Stasioner pada level
|
Nilai Tukar
|
0.8419
|
0.0047
|
0.0000
|
Stasioner pada1st
difference
|
BI Rate
|
0.2424
|
0.0748
|
0.0009
|
Stasioner pada2nd
difference
|
Pertumbuhan Ekonomi
|
0.1402
|
0.0150
|
0.0013
|
Stasioner pada1st
difference
|
Return Saham
|
0.0000
|
0.0000
|
0.0051
|
Stasioner pada level
|
Sumber : Data diolah (2015)
Berdasarkan hasil pengujian, dapat diketahui tingkat signifikansi
stasioneritas pada variabel yang diamati. Untuk variabel return saham dan inflasi stasioner pada tingkat level. Sedangkan
untuk variabel nilai tukar dan pertumbuhan ekonomi stasioner pada tingkat 1stDiffrerence. Namun pada variabel BI rate stasioner pada tingkat 2ndDifference.
Karena adanya perbedaan derajat stasioner pada variabel dalam penelitian, maka
penelitian ini digunakan derajat stasioner tertinggi pada semua variabel yang
diamati, yaitu pada derajat 2ndDifference.
Uji Kointegrasi
Setelah dilakukan uji stasioneritas pada semua variabel dan ditemukan bahwa semua
variabel independen dan dependen telah stasioner pada derajat yang sama, maka tahap selanjutnya
adalah uji kointegrasi. Pengujian ini dilakukan karena adanya kemungkinan
hubungan keseimbangan jangka panjang antara variabel – variabel yang digunakan
dalam peneliti. Variabel – variabel dikatakan terkointegrasi apabila terdapat perpaduan linier
diantara variabel – variabel yang tidak stasioner dan residual dari kombinasi
linier tersebut stasioner pada derajat level. Metode yang digunakan untukuji
kointegrasi pada penelitian ini adalah metode Engle – Granger Cointegration Test. Metode ini terdiri dari dua
tahap. Pertama, melakukan estimasi persamaan variabel dependen dan variabel
independen dengan menggunakan regresi OLS yang kemudian akan didapatkan
residual dari persamaan OLS tersebut.
Kedua, melakukan uji stasioneritas dengan ADF Test terhadap residual tersebut dengan hipotesis yang sama seperti
uji stasioneritas dengan ADF Test
sebelumnya. Model dikatakan mempunyai hubungan keseimbangan jangka panjang
apabila variabel residual stasioner pada derajat level dengan nilai
probabilitas lebih kecil dari toleransi kesalahan 5% (0,05).
Tabel
2: Hasil Pengujian Stasioner Residual
Variabel
|
Signifikansi (Level)
|
Keterangan
|
Residual
(Resid01)
|
0,0000
|
Stasioner
Level
|
Sumber: Data diolah (2015)
Berdasarkan hasil pengujian stasioner residual, dinyatakan jika
residual stasioner pada derajat level. Artinya terdapat hubungan keseimbangan
jangka panjang antara variabel. Uji Kointegrasi dilakukan untuk memperoleh
hubungan jangka panjang yang stabil antara variabel – variabel yang
terintegrasi pada derajat yang sama. Selain itu, uji kointegrasi menunjukkan
juga bahwa terdapat keseimbangan jangka panjang antara variabel return saham, inflasi, nilai tukar, BI rate dan pertumbuhan ekonomi.
Pada setiap periode jangka pendek, setiap variabel cenderung menyesuaikan untuk
mencapai keseimbangan jangka panjang.
Tabel
3: Hasil Estimasi Regresi dengan Metode Error Correction ModelDomowitz - El Badawi
Variabel
|
Koefisien
|
t-statistik
|
Prob.
|
Keterangan
|
D(D(INF))
|
2.654267
|
1.087461
|
0.2868
|
Tidak Signifikan
|
D(D(NT))
|
-429.2557
|
-1.701409
|
0.1008
|
Tidak Signifikan
|
D(D(BIrate))
|
-20.15811
|
-1.727038
|
0.0960
|
Signifikan
|
D(D(PE))
|
-3.637765
|
-2.712990
|
0.0117
|
Signifikan
|
INF(-1)
|
-2.013002
|
-0.768950
|
0.4489
|
Tidak Signifikan
|
NT(-1)
|
62.41186
|
0.255102
|
0.8007
|
Tidak Signifikan
|
BIrate(-1)
|
7.167584
|
0.579098
|
0.5675
|
Tidak Signifikan
|
PE(-1)
|
-0.613364
|
-0.383047
|
0.7048
|
Tidak Signifikan
|
ECT
|
0.594622
|
4.295417
|
0.0002
|
Signifikan
|
Konstanta
|
-0.705176
|
-0.107667
|
0.9151
|
|
Sumber:
Data diolah (2015)
Dari
hasil estimasi regresi di atas, nilai koefisien jangka panjang dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Tabel
4: Hasil Penghitungan Koefisien Jangka Panjang
Variabel
|
Rumus
|
Penghitungan
|
Hasil
|
Inflasi
|
|
|
-1.013002
|
Nilai Tukar
|
|
|
63.41186
|
BI rate
|
|
|
8.167584
|
Pertumbuhan
Ekonomi
|
|
|
0.386636
|
Konstanta
|
|
|
-6.05176
|
Hasil dalam estimasi jangka pendek adalah sebagai berikut :
DReturn = - 0.705176 +2.654267DINFt -429.2557DNTt–20.15811DBIRatet – 3.637765DPEt
Hasil estimasi jangka panjang adalah sebagai berikut :
DReturn = -6.05176–1.013002INFt-1 + 63.41186NTt-1 +8.167584BIRatet-1 +0.386636PEt-1
B.
Pembahasan
Pengaruh Inflasi Terhadap Return
Saham PT.Semen Indonesia
Dengan tidak adanya pengaruh signifikan antara inflasi dengan harga
saham pada PT.Semen Indonesia ini juga didukung oleh penelitian Livia (2013)
bahwa inflasi dan BI rate tidak
berpengaruh terhadap return saham
pada kapitalisasi besar di BEI dan Suramaya (2012) bahwa inflasi, tingkat suku
bunga SBI dan pertumbuhan PDB tidak berpengaruh terhadap IHSG. Dengan adanya
perubahan pergerakan inflasi pada periode 2005 – 2014 tidak mempunyai hubungan dengan return saham pada PT.Semen Indoneisa. Dalam hal ini investor tidak
mempertimbangkan inflasi dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi di
PT.Semen Indonesia untuk mendapatkan return
yang mana sesuai dengan grafik di atas. Inflasi pada periode 2005 – 2014 sempat
mengalami kenaikan pada triwulan I 2008 sebesar 11.7% namun kembali stabil pada
triwulan IV 2008 dan mengalami kenaikan lagi pada triwulan III 2013 sebesar
8.4% yang pada triwulan II 2008 hanya 5.9% yang diakibtakan oleh kenaikan BBM
(sumber Jawa Pos edisi Selasa 18 November 2014) dan turun pada pada triwulan II
2014 menjadi 6.7%.
Dalam jangka pendek dan jangka panjang inflasi tidak
berpengaruh signifikan terhadap return
saham PT.Semen Indonesia ini disebabkan adanya spekulasi yang dilakukan oleh
investor itu sendiri. Dimana apabila terjadi inflasi maka akan menyebabkan
penurunan produksi karena terjadi kenaikan harga - harga yang menimbulkan
profitabilitas perusahaan menurun, kenaikan biaya produksi akan mengakibatkan
turunnya produksi (cost push inflation).
Di sisi lain, dengan adanya inflasi maka investor berasumsi akan terjadi
permintaan secara agregat untuk menghindari kerugian dalam memegang uang karena
terjadi penurunan daya beli uang. Permintaan secara agregat ini yang
mempengaruhi spekulasi investor untuk berinvestasi dalam mendapatkan keuntungan
dimana teori sesuai dengan demand pull
inflation. Maka dari itu, dengan adanya perubahan inflasi cenderung
investor mempertimbangkan dari sudut pandang berbeda.
Pengaruh Nilai Tukar Terhadap Return
Saham PT.Semen Indonesia
Dalam jangka pendek dan jangka panjang nilai tukar tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham PT.Semen Indonesia hal ini
juga disebabkan adanya spekulasi yang dilakukan oleh investor itu sendiri.
Dimana nilai tukar dapat mempengaruhi harga saham menurut teori dari Dornbusch
(2004) yaitu good market approach
nilai tukar yang akan mempengaruhi dari kinerja perusahaan dimana terjadi
perubahan dari nilai tukar itu sendiri akan mempengaruhi dari pendapatan
perusahaan dan biaya operasional perusahaan. Di sisi lain, teori dari portofolio balance approach di dalam
penelitian Maski (2004) harga saham yang dapat mempengaruhi nilai tukar dimana
saham sebagai bagian dari kekayaan yang dapat mempengaruhi perilaku nilai
tukar. Selain itu, teori portofolio
balance approach di dalam penelitian Maski (2004) nilai tukar terbentuk
dalam proses penyamaan dan penyeimbangan total permintaan dan total penawaran
aset – aset finansial.
Pengaruh BI Rate Terhadap
Return Saham PT.Semen Indonesia
Dengan tidak adanya pengaruh signifikan dalam jangka panjang antara
BI rate dengan harga saham pada
PT.Semen Indonesia ini juga didukung oleh penelitian oleh penelitian Livia
(2013) bahwa inflasi dan BI rate
tidak berpengaruh terhadap return saham pada kapitalisasi besar di BEI dan
Suramaya (2012) bahwa inflasi, tingkat suku bunga SBI dan pertumbuhan PDB tidak
berpengaruh terhadap IHSG. Dengan perubahan yang terjadi pada BI rate pada periode 2005 – 2014 yang
dapat dikatakan cukup stabil maka tidak mempengaruhi kegiatan ekspektasi
investor untuk berspekulasi menabung. Tidak signifikannya BI ratedalam jangka panjang terhadap return saham ini dikarenakan kurangnya
daya tarik dari perubahan – perubahan dari BI rate sebagai pengendali jumlah uang beredar. Perubahan BI rate di Indonesia sesuai dengan grafik
di atas tidak meberikan rangsangan kepada investor di PT.Semen Indonesia untuk
memindahkan investasinya dalam bentuk tabungan ataupun deposito.
Dalam jangka pendek BI rate
ditemukan model koefisien sebesar 20.15811 dan bertanda negatif itu meyatakan bahwa setiap peningkatan BI rate sebesar 1 persen, maka return
saham akan mengalami penurunan20.15811%.
Hal ini dikarenakan sesuai dengan teori Keynes dimana seseorang menginginkan dirinya tetap likuid sehingga melakukan
spekulasi antara di pasar uang dan pasar sekunder.Dalam jangka panjang BI rate ditemukan tidak berpengaruh signifikan karena kurangnya daya tarik
dari BI rate sebagai pengendali uang primer karena cenderung tingkat inflasi
yang tidak menentu pada periode penelitian.
Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Return Saham PT.Semen Indonesia
Hasil estimasi yang dilakukan oleh peneliti maka dapat disimpulkan
dengan adanya perubahan pertumbuhan ekonomi pada periode 2005 – 2014
berpengaruh secara signifikan terhadap pergerakan return saham PT.Semen Indonesia dalam jangka pendek. Hal ini
dikarenakan adanya korelasi antara pertumbuhan ekonomi dengan return saham. Dalam jangka pendek
koefisien pertumbuhan ekonomi sebesar -3.637765 dan bertanda negatif apabila terjadi perubahan peningkatan
pertumbuhan ekonomi sebesar 1 persen maka return
saham akan mengalami penurunan sebesar 3.637765%.
Dalam hal ini
hubungan pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek berlawanan arah tetapi
berpengaruh signifikan terhadap return saham.
Hal ini dikarenakan masyarakat atau warga negara Indonesia senang melakukan
kegiatan konsumsi daripada berinvestasi dalam bentuk saham. Masyarakat
Indonesia sendiri gemar dalam melakukan pembelian barang – barang seperti hp,
mobil, motor, dan lain – lain.
Dalam jangka panjang pertumbuhan ekonomi tidak
berpengaruh signifikan terhadap return saham PT.Semen Indonesia hal ini
dikarenakan investor cenderung melihat sisi internal perusahaan bagaimana
perusahaan menghasilkan profitabilitas dimana pada periode penelitian 2005-2014
pertumbuhan ekonomi di Indonesia tidak stabil. Ini menjadikan bahan
pertimbangan bagi investor untuk menanamkan modalnya apabila kondisi ekonomi di
Indonesia tidak stabil dan cenderung mengalami penurunan. Pertumbuhan ekonomi
yang tidak stabil menajdikan investor melihat sisi internal perusahaan
bagaimana perusahaan menjalankan produksi penjualan mereka.
E.
KESIMPULAN DAN
SARAN
A.
Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian yang
telah dilakukan adalah sebagai berikut :
Dengan berubahnya PT.Semen Gresik menjadi
PT.Semen Indonesia yang menjadikan BUMN pertama kali berstatus multinational corporation maka adanya
perubahan dari inflasi dan nilai tukar tidak berpengaruh terhadap ekspektasi
investor yang mengharapkan return
dalam jangka pendek dan jangka panjang.
Pada penelitian ini ditemukan pertumbuhan
ekonomi di Indonesia dalam jangka pendek berpengaruh negatif terhadap return saham di PT.Semen Indonesia
dimana hal ini tidak sesuai dengan teori yang menjadi landasan penelitian.
Adanya kegiatan pertumbuhan ekonomi di
Indonesia ditopang dengan kegiatan konsumsi yang terus meningkat setiap periode
penelitian memberikan pengaruh negatif
terhadap pasokan semen di PT.Semen Indonesia tetapi memberi positif terhadap
ekspor PT.Semen Indonesia.
B. Saran
Berdasarkan dari kesimpulan di atas, maka
saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :
Dengan adanya kegiatan pertumbuhan ekonomi
di Indonesia dimana masyarakat Indonesia senang membelanjakan uangnya untuk
berkonsumsi dapat memberikan sentimen negatif terhadap investor. Untuk itu,
investor lebih baik melihat sisi ekspor dari PT.Semen Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi yang melambat akan
mengalami penjualan produk dan konsumsi semen domestik menurun, maka pemerintah
harus mengoptimalkan sumber daya alam dan sumber daya manusia untuk
meningkatkan produksi barang dan jasa untuk meningkatkan infrastruktur
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Selain itu, dengan meningkatnya
infrastruktur pembangunan ekonomi kinerja perusahaan semen akan membaik dan
mempunyai daya saing yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin.
Ali. 2001. Membaca Saham. Yogyakarta :Penerbit Andi.
Dornbusch,
Rudiger, Stanley Fishcer dan Richard Startz. 2004. Makroekonomi. Jakarta : PT.Media Global
Edukasi.
Halim
Livia. 2013.”Pengaruh Makro Ekonomi
Terhadap Return Saham Kapitalisasi Besar di Bursa Efek Indonesia”. Vol. 1, No. 2, hal 108-113.
Maski Ghozali
dan Dias Satria.2004.”Asosiasi Antara Kurs dan Harga Saham Dengan Error
Correction Model (ECM)”. Universitas Brawijaya.
Nopirin. 1986.
Ekonomi Moneter. Edisi ketiga. Yogyakarta :BPFE.
Nopirin.
1998. Ekonomi Moneter. Yogyakarta :BPFE.
Puspita,
H.B. 2005. Pengaruh variabel ekonomi makro, return pasar, dan karakteristik
industri terhadap kinerja saham industri perbankan (penelitian empiris di BEJ
periode 2000 – 2004). Universitas Indonesia.
Riantani
Suskim dan Maria Tambunan. 2013. “Analisis
Pengaruh Variabel Makroekonomi dan Indeks Global Terhadap Return Saham”.
Fakultas Ekonomi dan Manajemen Universitas Widyatama Bandung.
Suci,
Suramaya. 2012. ”Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan
Pertumbuhan PDB Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan”. Jurnal Economia. Vol 8, No.1.
Sugiyono.
2005. Metodologi Penelitian
Kuantitatif. Bandung. Alfa Beta.
Sunariyah,
1997. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Yogyakarta. UPP AMP YKPN.
Tandelilin,
Eduardus. 2010. Portofolio dan
Investasi Teori dan Aplikasi. Edisi 1. Yogyakarta.
Tirapat,
Sunti., dan Aekkachai Nittayagasetwat. 1999. “An Investigation of Thai Listed Firms’s Financial Distress Using Macro
and Micro Variables”. Multi National
Finance Journal. Jun
1999; 3,2, Hal.103-118.
Utami.
M. dan Rahayu, M. 2003, “Peranan Profitabilitas, Suku bunga, Inflasi dan Nilai
Tukar Dalam Mempengaruhi Pasar Modal Indonesia Selama Krisis Ekonomi”. Jurnal
Ekonomi Manajemen. Vol.5, No.2.
Widarjono,
Agus. 2009. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasi. Yogyakarta: PT.Ekonisia Kampus
FE UII.
Wongbangpo,
P. & Sharma, S.C. 2002. Stock
Market and Macroeconomic Fundamental Dynamic Interaction : ASEAN 5 Countries. Journal of Asian Economics 13:27 51.
Komentar