Makalah Akuntansi Pajak “Persediaan”



Makalah Akuntansi Pajak

Persediaan


Dosen Pengampu: AvianiWidyastuti.,SE.,AK.,CA













Disusun oleh :

1.                  Linda Arianti Kristianto      201310170311110
2.                  Nur Alfyanita Bonggie         201310170311122
3.                  Rochmatus Hidayati             201310170311154





Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Malang
2016

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah Akuntansi Pajak yang berjudul Persediaan” untukmemenuhitugasmatakuliah Akuntansi Pajak dengan tepat waktu.

Harapan kami selakupenulis, semogamakalahini dapat memberikan manfaat danpenambah wawasan serta memperkuat pemahaman bagipenulissendiridanparapembacamengenaimateriakuntansi perpajakan.

Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Akuntansi Pajak yaitu, Ibu AvianiWidyastuti.,SE.,AK.,CA. yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada kami untuk memenuhi serta menyelesaikan tugas makalah ini.
           
Melalui kata pengantar ini penulis meminta maaf apabila dalam pembuatan makalah ini masihterdapat kesalahan atau kekurangan.Olehkarenaitu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat diperlukan demi penyempurnaanmakalah di waktu yang akan datang.





Malang, 20Maret 2016



                                                                                                                        Penulis



DAFTAR ISI

HalamanJudul
Kata Pengantar......................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  LatarBelakang..................................................................................................... 1
1.2  Tujuan................................................................................................................. 2
1.3  RumusanMasalah................................................................................................ 2
BAB II STANDAR AKUNTANSI (PSAk) DAN PERATURAN PERPAJAKAN
..... 2.1 Definisi Persediaan............................................................................................. 3
..... 2.2 Jenis-jenis PersediaanFungsi Persediaan................................................... ......... 3
..... 2.3Fungsi Persediaan....................................................................................... ......... 4
..... 2.4 Sistem Pencatatan persediaan............................................................................. 6
..... 2.5 Sistem Penilaian Persedian................................................................................. 7
..... 2.6 Teknik Menghitung Nilai Persediaan Akhir....................................................... 11
..... 2.7 Perpajakan........................................................................................................... 12
BAB III KASUS DAN PENERAPAN
3.1Penerapan PT. Gudang Garam Tbk. Beserta Analisisnya .................................... 14
BAB IV PENUTUP
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 16
Daftar Pustaka





BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Pengendalian persediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat penting, karena persediaan fisik banyak perusahaan melibatkan investasi rupiah terbesar dalam pos aktiva lancer.Bila perusahaan menanamkan terlalu banyak dananya dalam persediaan, menyebabkan biaya penyimpanan yang berlebihan, dan mungkin mempunyai “opportunity cost” yang lebih besar.Demikian pula, bila perusahaan tidak mempunyai persediaan yang mencukupi, dapat mengakibatkan biaya – biaya terjadinya kekurangan bahan.
Persediaan adalah segala sesuatu/sumber-sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan  dari sekumpulan produk phisikal pada berbagai tahap proses transformasi dari bahan mentah ke barang dalam proses, dan kemudian barang jadi ( Handoko, 1997: hal 333)
Persediaan merupakan salah satu aset yang paling mahal di banyak perusahaan, mencerminkan sebanyak 40% dari total modal yang diinvestasikan.Manajer operasi diseluruh dunia telah lama menyadari bahwa manajemen persediaan yang baik itu sangatlah penting. Di satu pihak, suatu perusahaan dapat mengurangi biaya dengan cara menurunkan tingkat persediaan di tangan. Di pihak lain, konsumen akan merasa tidak puas bila suatu produk stoknya habis. Oleh karena itu, perusahaan harus mencapai keseimbangan antara investasi persediaan dan tingkat pelayanan konsumen.
Semua organisasi mempunyai beberapa jenis sistem perencanaan dan pengendalian persediaan. Dalam hal produk-produk fisik, organisasi harus menentukan apakah akan membeli atau membuat sendiri produk mereka. Setelah hal ini ditetapkan, langkah berikutnya adalah meramalkan permintaan.Kemudian manajer operasi menetapkan persediaan yang diperlukan untuk melayani permintaan tersebut. Pada makalah ini, akan dibahas fungsi, jenis, dan pengelolaan persediaan. Kemudian akan dibicarakan mengenai metode Economic Order Quantity serta Analisis ABC yang digunakan dalam manajemen persediaan.






1.2 Tujuan
          Tujuan dalam pembuatan makalah tentang Persediaan” ini adalah guna memenuhi tugas dalam mata kuliah Akuntansi Pajak. Selain itu untuk memperluas wawasan kami dan para pembacanya mengenai Perbandingan fiskal dengan komersial, serta dengan adanya makalah akan membantu para pembaca dalam memahaminya dan menjadi pedoman dalam penerapan akuntansi pajak di dunia perekonomian dengan baik dan benar.

1.3  Rumusan Masalah
1. Bagaimana perlakuan akuntansi atas persediaan dari sisi komersial?
2. Bagaimana perlakuan akuntansi perpajakan atas persediaan?
3. Bagaimana  PT.Gudang Garam Tbk. menyajikan persediaan dalam laporan keuangannya?






















BAB II
Standar Akuntansi  (PSAK) & Peraturan Perpajakan

2.1         Definisi Persediaan (PSAK 14)
Aset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal, baik barang dagangan untuk usaha perdagangan maupun barang jadi untuk manufaktur; berada dalam proses produksi (barang dalam proses manufaktur dan pekerjaan dalam proses untuk kontraktor); dan dalam  bentuk bahan baku atau perlengkapan (bahan pembantu) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
(Kieso dan Weygandt ; 1995,491)
“Persediaan adalah pos harta yang ditahan untuk dijual dalam kegiatan usaha yang biasa atau barang yang dikonsumsi dalam produksi barang yang akan dijual.”

PSAK 14 àPersediaan adalah aset:
l  Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
l  Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan
l  Atau dalam bentuk bahan atau perlengkapan / supplies untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa

2.2         Jenis-jenis Persediaan
Persediaan dapat dikelompokkan menurut jenis dan posisi barang tersebut di dalam urutan pengerjaan produk, yaitu (Assauri, 1998):
a)         Persediaan Bahan Baku (Raw Material Stock)
Merupakan persediaan dari barang-barang yang dibutuhkan untuk proses produksi. Barang ini bisa diperoleh dari sumber-sumber alam, atau dibeli dari supplier yang menghasilkan barang tersebut.
b)        Persediaan Bagian Produk (Purchased Parts)
Merupakan persediaan barang-barang yang terdiri dari parts yang diterima dari perusahaan lain, yang secara langsung diassembling dengan parts lain tanpa melalui proses produksi.
c)         Persediaan Bahan-Bahan Pembantu (Supplies Stock)
Merupakan persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu kelancaran produksi, tetapi tidak merupakan bagian dari barang jadi.
d)        Persediaan Barang Setengah Jadi (Work in Process)
Merupakan barang-barang yang belum berupa barang jadi, akan tetapi masih diproses lebih lanjut sehingga menjadi barang jadi.
e)         Persediaan Barang Jadi (Finished Good)
Merupakan barang-barang yang selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk disalurkan kepada distributor, pengecer, atau langsung dijual ke pelanggan.

Adapun jenis-jenis Persediaan antara antara lain :

            Biaya pembelian
Meliputi harga pembelian, bea masuk dan pajak lainnya kecuali yang dapat ditagih kembali kepada kantor pajak
            Biaya konversi
Meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan unit yang diproduksi dan biaya overhead produksi tetap dan variable yang dialokasikan secara sistematis.
            Biaya lain
Biayayang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual atau dipakai (present location and condition)

2.3         Fungsi – fungsi Persediaan
Fungsi persediaan yaitu untuk menghindari keterlambatan barang, hilangnya barang dan dengan adanya persediaan, maka operasional perusahaan dapat terus berjalan sehingga pelayanan terhadap konsumen dapat terus berjalan sehingga pelayanan terhadap konsumen dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya.
Menurut Freddy Rangkuti dalam buku “Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis”, fungsi utama persediaan yaitu :
1. Fungsi Decoupling.
2. Fungsi Economic Lot Sizing.
3. Fungsi Antisipasi.

Efesiensi operasional suatu organisasi dapat ditingkatkan karena berbagai fungsi penting persediaan. Pertama, harus diingat bahwa persediaan adalah sekumpulan produk fisikal pada berbagai tahap proses transformasi dari bahan mentah ke barang dalam proses, dan kemudian barang jadi. Fungsi – fungsi dari persediaan antara lain:
1.         Fungsi “ Decoupling “
Fungsi penting persediaan adalah memungkinkan operasi – operasi perusahaan internal dan eksternal mempunyai kebebasan. Persediaan “ decouples” ini memungkinkan perusahaan dapat memenuhi langganan tanpa terganggu supplier.
Persediaan bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak akan sepenuhnya tergantung pada pengadaannya dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman. Persediaan barang dalam proses diadakan agar departemen – departemen dan proses – proses individual perusahaan terjaga kebebasannya. Persediaan barang jadi diperlukan untuk memenuhi permintaan produk yang tidak pasti dari para langganan.Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diperkirakan atau diramalkan disebutfluctuation stock.

2.       Fungsi “Economic Lot Sizing
Melalui penyimpanan persediaan, perusahaan dapat memproduksi dan membeli sumber daya – sumber daya dalam kuantitas yang dapat mengurangi biaya per unit. Persediaan “Lot Size” ini perlu mempertimbangkan penghematan dalam hal pembelian, biaya pengangkutan per unit lebih murah karena perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar, dibandingkan dengan biaya – biaya yang timbul karena besarnya persediaan ( biaya sewa gedung, investasi, resiko dan sebagainya ).

3.       Fungsi Antisipasi
Sering perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasar pengalaman atau data – data masa lalu, yaitu permintaan musiman.Dalam hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman.
Disamping itu, perusahaan juga sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan permintaan akan barang selama periode permintaan kembali, sehingga memerlukan kuantitas persediaan ekstra yang sering disebut persediaan pengaman. Pada kenyataannya, persediaan pengaman merupakan pelengkap fungsi “ decoupling “ yang telah diuraikan diatas. Persediaan antisipasi ini penting agar kelancaran proses produksi tidak terganggu.

Selain fungsi-fungsi diatas, menurut Herjanto (1997:168) terdapat enam fungsi penting yang dikandung oleh persediaan dalam memenuhi kebutuhan perusahaan antara lain:
1.    Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang yang dibutuhkan perusahaan.
2.    Menghilangkan resiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan.
3.    Menghilangkan resiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi.
4.    Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga perusahaan tidak akan sulit bila bahan tersebut tidak tersedia dipasaran.
5.    Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan potongan kuantitas (Quantity Discount).
6.    Memberikan pelayanan kepada langganan dengan tersediaanya barang yang diperlukan

2.4 Sistem Pencatatan persediaan

1.      Sistem Periodik
Setaip pembelian dicatat dalam akun “pembelian” dan penjualan dicatat dalam akun “penjualan”. Persh menentukan HPP hanya pada saat akhir periode akuntansi  dng rumus:

Persedian Awal + Pembelian (neto) – Persedian Akhir = Harga Pokok Penjualan
 



Persedian dihitung dengan melakukan perhitungan fisik pada setiap akhir periode.Dengan sistem ini perhitungan persediaan dpt dilakukan dng akurat dan benar.  Kelemahannya jika jumlah dan jenis persediannya banyak, cara ini sangat mahal.  Sistem ini tdk bertentangan dbg perpajakan karena berdasarkan perhitungan yg benar.
  1. Sistem Perpetual
Setiap pencatatan dilakukan  secara terus menerus dimana setiap pembelian dan penjualan barang dagangan dicatat dalam akun “Persediaan”. Persh mencatat secara detail harga pokok dari setiap persedian barang dagangan yg dijual dan dibeli.
Perbedaan sistem periodik dan perpetual :
Tgl 2 Nop PT. Z mencatat pembelian brg dagangan  sebesar Rp 1.200.000 secara kredit dng syarat 2/10, n/30.
PERIODIK
PERPETUAL
Pembelian
1.200.000

Persedian
1.200.000

    Utang Dagang

1.200.000
  Utang Dagang

1.200.000

PT. Z mebayar pembelian tgl 2 Nop dlm periode diskon  Rp 1.176.000 ( 98%X Rp 1.200.000)
PERIODIK
PERPETUAL
Pembelian
   Dis. pembelian
    Kas
1.200.000
24.000
1.176.000
Utang Dagang
    Persedian
     kas
1.200.000
24.000
1.176.000







2.5       Sistem Penilaian Persedian:
1.              Berdasarkan harga Perolehan
a.               Metode Identifikasi Khusus
Metode ini berasumsi arus barang harus sama dng arus biaya, sehingga setiap kelompok brg diberi identifikasi dan dibuat kartu. HP untk setiap brg dpt diketahui, sehingga HPP terdiri atas HP Brg yg dijual dan sisanya sebagai persedian akhir .Metode ini digunakan untk persh yg mempunyai persedian relatif sedikit ttp harga per unitnya besar.Karena itu HPP dan HP Persedian menggunakan arus harga pokok sebenarnya (actual) dari persedian.

b.              Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (First In Firt Out – FIFO)
Metode ini mendasarkan pada asumsi bahwa barang yg masuk pertama akan dikeluarkan pertama.

c.              Masuk Terakhir Keluar pertama (Last In First Out – LIFO )
Cara ini digunakan dng mendasarkan pd asumsi bahwa arus pembebanan ke Harga Pokok Penjualan berdasarkan pada harga pembelian terakhir.

d.             Metode Rata-rata (Average)
Dengan metode rata-rata pembebanan ke harga pokok untk brg yg dijual atau untk persedian akhir menggunakan harga rata-rata. Metode rata-rata terdiri atas:
       - Rata – rata Sederhana (Simple Average), harga rata-rata dihitung dng cara menjumlahkan harga pokok per unit (tanpa mengalikan juml barang ) dibagi dng banyaknya harga.
       -  Rata – rata Bergerak (Moving Average)
seperti pd perhitungan rata-rata tertimbang,Pembebanan  ke harga pokok penjualan dilakukan setiap terjadi pembelian. Metode ini digunakan pada perpetual.

Contoh rata-rata sederhana:
         2 Jan Persedian awal 200 unit @  Rp 10.000        =     Rp  2.000.000
      10  Jan Pembelian         400 unit  @  Rp 11.500       =     Rp  4.600.000
      18  Jan Pembelian         100 unit  @  Rp 12.500       =     Rp  1.250.000
      24 Jan Pembelian         200 unit  @  Rp 12.000        =     Rp 2.400.000
      Persedian per 31 Januari diketahui sebesar 200 unit.
Rata-rata Persedian =
10.000 + 11.500 + 12.500 +12.000
                                      4
           =    46.000/4      = 11.500
   Jadi nilai persedian  per 31 januari = 200 X Rp 11.500 = Rp 2.300.000



TGL
URAIAN
PEMBELIAN
PEMAKAINAN/HPP
SALDO

unit
Rp
Unit
Rp
Juml
unit
Rp
Juml
2/1
10/1
15/1
18/1
24/1
30/1
Saldo
Beli
Pakai
Beli
Beli
Pakai
400
100
200
11.500
12.500
12.000
300
400
11.000
11.583
3.300.000
4.633.333
200
600
300
400
600
200
10.000
11.000
11.000
11.375
11.583
11.583
2.000.000
6.600.000
3.300.000
4.550.000
6.950.000
2.316.666













Contoh rata-rata bergerak:

  1. Berdasarkan Estimasi
Penetapan besarnya nilai persedian akhir dpt dilakukan dng mendasarkan estimasi pada:
  1. Metode laba Kotor
Pada metode ini nilai persedian akhir dihitung mundur dan biasanya digunakan dlm jeadaan khusus. Con : persh dlm keadaan terbakar, sehingga sulit menetapkan secara fisik nilai persedian akhir.
        Contoh:
Data yg diperoleh dari buku perusahaan:
       Total Penjualan                Rp     20.000.000
       Pembelian                         Rp     10.000.000
       Pers.Awal Barang            Rp     16.000.000
       Laba Kotor Penjualan 40 % dari harga jual
Besarnya Nilai Persedaian Akhir dihitung sbb:
Total Penjualan                                Rp     20.000.000
        Laba Kotor (40% X 20 jt)             Rp       8.000.000
        HPP                                                Rp      12.000.000
Barang tersedia unk dijual: (Rp16.000.000+ Rp10.000.000) = Rp26.000.000
Jadi Taksiran Nilai Persedian Akhir Rp 14.000.000 ( Rp 26.000.000 – Rp 12.000.000 )
  1. Metode Eceran (Ritel)
Penetapan nilai persedian akhir berdasarkan pd hrg pasar (market value).
Contoh:

HARGA POKOK
HARGA JUAL
Persedian Awal
Pembelian
Barang Tersedia Dijual
30.000.000
390.000.000
420.000.000
50.000.000
550.000.000
600.000.000
Persentase Harga Pokok terhadap Harga Jual (Cost to Retail Ratio) :
                    (   420.000.000 / 600.000.000 ) X 100%  = 70 %
Taksiran Persedian Barang Akhir dpt dihitung sbb:
Brg Tersedia Dijual                                  Rp     600.000.000
Penjualan                                                  Rp    520.000.000
Pers. Brg Akhir (Dsr Harg Jual)               Rp      80.000.000
Taksiran Pers. Brg Akhir : 70% X Rp 80.000.000 = Rp 56.000.000
Perhitungan Harga Pokok Penjualan:
Pers. Awal                                Rp     30.000.000
Pembelian                                Rp  390.000.000
Brg Tewrsedia Dijual               Rp  420.000.000
Pers. Akhir                                Rp    56.000.000
Harga Pokok Penjualan          Rp  364.000.000
Metode Penilaian Lainnya:
  1. Harga Terendah antara Hrg Perolehan dan Harga Pasar (Lower of cost or Market whichever is Lower –LOCOM)
                 Jika persedian di gudang secara fisik mengalami kerusakan sehingga manfaatnya tdk lagi sepadan dng harga pokok atau akibat lainnya.Seperti perubahan tingkat harga.  Oleh krn itu pd umumnya persedian dinyatakan sebesar Harga Terendah antara Harga Perolehan dan Harga Pasar nya. Selisih penurunan tsb diakui sebagai kerugian pd saat terjadinya.   Contoh:

Jenis Brg
Juml (unit)
HP Per Unit
HP Pasar Per Unit
Total
LOCOM
HP
H Pasar
1
2
3
4
A

B

C

D
500
400
200
300
10.000
15.000
8.000
12.000
9.000
20.000
9.000
7.000
5.000.000
6.000.000
1.600.000
3.600.000
16.200.000
4.500.000
8.000.000
1.800.000
2.100.000
16.400.000
4.500.000
6.000.000
1.600.000
2.100.000
14.200.000

  1. Nilai Jual
terhadap produk yg harga jual dapat ditentukan secara pasti, ttp harga perolehannya sulit ditetapkan, maka nilai persedian ditetapkan sebesar harga jual dikurangi taksiran biaya-biaya penjualan yg dpt terjadi. Metode ini digunakan untuk menetapkan persedian produk pertanian atau logam mulia.

2.6 Teknik menghitung nilai persediaan akhir
  1. Metode laba bruto (gross profit method), metode ini biasa digunakan apabila inventarisasi fisik tidak mungkin dilakukan dan pencatatan perpetual tidak dilaksanakan 
  2. Metode  harga eceran (retail method), metode ini  sering digunakan oleh pengecer, pasar swalayan dan toserba untuk menaksir nilai persediaan guna penyusunan penyusunan laporan perhitungan laba rugi. UU PPh No.36/2008 dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak harus berdasarkan data yang benar dan bukan berdasarkan penaksiran.
2.7Perpajakan
Dalam UU PPh No 36 tahun 2008 Pasal 10 ayat(6):
       Sistem pencatatan yg diperkenankan adalah sistem pencatan perpetual.
       Penilaian pemakaian persedian untk perhitungan HPP  ada dua yaitu metode rata-rata (average) atau FIFO (First In First out). Pemilihan metode ini harus taat azas, artinya sekali WP memlilih salah satu cara penilaian pemakaian persedian untk perhitunga HPP, maka untk selanjutnya harus digunakan cara yg sama. 
Contoh:
       Tgl 3 Maret 2012 PT. B membeli 100 unit brg dagangan dng harga Rp 5.000.000 (harga belum termasuk PPN ) secara tunai. PT. B telah dikukuhkan sebagai PKP sejak 31 Januari 2005.  Pembukuan atas persedian dilakukan secara perpetual.
       Jurnal untk transaksi tsb:

Tanggal
Keterangan
Debet
Kredit
03/03/12
Persedian barang dagangan
Pajak Masukan
        Kas/Bank
5.000.000
500.000
5.500.000
Catatan:
Pajak Masukan : 10% X Rp 5.000.000 = Rp 500.000
Harga 1 unit barang dagangan adalah Rp 5.000.000 : 100 unit = Rp 500.000

Pd tgl 31 Maret 2012, PT. B menjual 30 unit brg dagangan secara tunai dng harga jual per masing-masing unit sebesar Rp 70.000 (belum termasuk PPN) .
Jurnal transaksi tsb:
Tanggal
Keterangan
Debet
Kredit
31/03/12
Kas/bank
       Pajak Keluaran
       Penjualan
Harga Pokok Penjualan
       Persedian Barang dagangan
(30 unit X Rp 50.000)
2.310.000
1.500.000
210.000
2.100.000
1.500.000
Catatan:
Pajak Keluaran : 10 % X Rp 2.100.000  = Rp 210.000
Persedian brg dagangan yg tersisa dan tercatat dlm pembukuan PT. B per tanggal 31 Maret 2012 adalah :  70 unit X Rp 50.000 = Rp 3.500.000
Jika PT. B belum dikukuhkan sebagai PKP maka jurnal pada saat pembelian brg dagangan sbb:
Tanggal
Keterangan
Debit
Kredit
03/03/12
Persedian barang dagangan
     Kas/ Bank
5.500.000
5.500.000
PT. B tdk dpt mengkreditkan Pajak Masukannya sehingga Pajak Masukan dimasukkan sebagai harga perolehan brg dagangan. Jadi I unit barang dagangan adalah Rp 5.500.000 : 100 unit = Rp 55.000. 
Jurnal transaksi penjualan:
Tanggal
Keterangan
Debet
Kredit
31/03/12
Kas/Bank
      Penjualan
Harga Pokok Penjulan
      Persedian brg dagangan
(30 unit X Rp 55.000)
2.100.000
1.650.000
2.100.000
1.650.000
Karena bukan PKP maka PT. B tidak memungut Pajak keluarn.
BAB III
Kasus Penerapan dan Aplikasinya

3.1 PT. Gudang Garam Tbk

   Pada bab ini kami selaku penulis akan membahas kasus penerapan akuntansi pajak mengenai persediaan pada laporan keuangan yang telah dibuat oleh  PT Gudang Garam, Tbk tahun 2014.

Dapat dilihat dari CALK PT Gudang Garam, Tbk tahun 2014, bahwa persediaan dinilai berdasarkan biaya perolehan. Biaya perolehan barang dagangan sendiri dihitung dengan metode FIFO. Secara keseluruhan, hal tersebut menunjukkan bahwa  kebijakan terkait persediaan pada PT Gudang Garam, Tbk telah sesuai dengan ketentuan perpajakan UU PPh 10 ayat 6 yang menganut metode FIFO dan metode rata-rata.



Untuk tujuan PPN, pasal 1 bagian (e) UU PPN 1984 menyatakan penyerahan barang kena pajak ke pedagang perantara dianggap transaksi penyerahan penjualan. Hal tersebut juga nampak telah diterapkan oleh PT Gudang Garam, Tbk, melihat adanya PPN dalam kelompok persediaan.

















BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Persediaan (inventory), adalah meliputi semua barang yang dimiliki perusahaan pada saat tertentu, dengan tujuan untuk dijual atau dikonsumsi dalam siklus operasi normal perusahaan. Aktiva lain yang dimiliki perusahaan, tetapi tidak untuk dijual atau dikonsumsi tidak termasuk dalam klasifikasi persediaan. Persediaan merupakan aktiva perusahaan yang menempati posisi yang cukup penting dalam suatu perusahaan. Dengan gambaran tersebut maka persediaan untuk perusahaan-perusahaan manufaktur pada umumnya mempunyai tiga jenis persediaan yaitu: 1. Bahan baku (direct material) 2. Barang dalam proses (work in proses) 3. Barang jadi (finished goods). Metode yang dapat digunakan dalam hubungannya dengan pencatatan persediaan ada dua, yaitu: 1. Metode Stock Opname atau Metode Periodik (Fisik) 2. Metode Perpetual. Masalah kepemilikan barang dalam perjalanan (Goods in transit) sangat tergantung dari perjanjian yang disepakati oleh penjual dan pembeli. 2 syarat tersebut adalah (1) Fob Shipping Point dan (2) Fob Destination. Tidak semua barang yang berada di gudang/toko bisa diakui menjadi milik perusahaan, misalnya barang titipan (barang konsinyasi) dari pihak lain dengan tujuan akan dijual untuk dan atas nama pihak lain tersebut dengan mendapatkan sejumlah komisi (consignment in) tidak dapat diakui sebagai milik perusahaan. Sebaliknya untuk barang yang sifatnya consigment out, yang sampai dengan tanggal neraca belum terjual harus dicantumkan di Neraca. Sistem pencatatan (administrasi) persediaan ada dua, yang pertama sistem fisik/periodik (periodic inventory system), berdasarkan sistem ini persediaan ditentukan dengan melakukan menghitung fisik terhadap persediaan. Penghitungan fisik persediaan dilakukan secara periodik. Dalam sistem ini pencatatan terhadap mutasi persediaan tidak selalu diikuti. Oleh karena itu prosedur penghitungan fisik persediaan pada akhir periode harus dilakukan (mandatory procedure) untuk dapat menentukan fisik persediaan yang akan dilaporkan dalam laporan keuangan. Hasil perhitungan fisik ini dipakai sebagai dasar penentuan nilai persediaan. Yang kedua, sistem perpetual (perpetual inventory system), Pencatatan terhadap mutasi persediaan selalu diikuti secara konsisten, dengan mencatat semua transaksi yang menyebabkan berkurang atau bertambahnya persediaan. Penilaian dengan pendekatan arus harga pokok (cost basic flow approach) terdapat dua sistem pencatatan persediaan yaitu sistem periodik dan sistem perpetual yang masing-masing ada tiga cara penilaian persediaan, yaitu: 1. FIFO (First in First Out), masuk pertama keluar pertama (MPKP), metode ini menyatakan bahwa persediaan dengan nilai perolehan awal (pertama) masuk akan dijual (digunakan) terlebih dahulu, sehingga persediaan akhir dinilai dengan nilai perolehan persediaan yang terakhir masuk (dibeli). 2. LIFO (Last In First Out), masuk terakhir keluar pertama (MTKP), metode ini menyatakan bahwa persediaan dengan nilai perolehan terakhir masuk akan dijual (digunakan) terlebih dahulu, sehingga persediaan akhir dinilai dan dilaporkan berdasarkan nilai perolehan persediaan yang awal (pertama) masuk atau dibeli. Metode ini cenderung menghasilkan nilai persediaan akhir yang rendah dan berdampak pada nilai aktiva perusahaan yang rendah. 3. Metode Rata-rata (average method), dengan menggunakan metode ini nilai persediaan akhir akan menghasilkan nilai antara nilai persediaan metode FIFO dan nilai persediaan LIFO. Metode ini juga akan berdampak pada nilai harga pokok penjualan dan laba kotor. Dalam penilaian persediaan selain arus harga pokok ada tiga metode yang digunakan, yaitu: 1. Lower Cost of Market, yaitu metode harga terendah antara harga pokok dan harga pasar. Metode ini dapat diterapkan dalam kondisi persediaan tidak normal, misalnya cacat, rusak dan kadaluarsa. 2. Gross Profit Method, metode laba kotor ini bersifat estimasi dalam penilaian persediaannya. Biasanya diterapkan karena keterbatasan dokumen yang terkait dengan persediaan, misalnya karena terjadi bencana kebakaran dan banjir. 3. Retail Method, metode eceran ini menilai persediaan akhir dengan cara menghitung terlebih dahulu nilai persediaan akhir berdasarkan eceran.
















Daftar Pustaka

Agoes Sukrisno, Estralita Trisnawati. Akuntansi Perpajakan. Jakarata: Salemba Empat.
2007
DR. Gunadi, M.Sc., Akt.1997. Akuntansi Pajak Sesuai dengan Undang- Undang Pajak
Baru. Jakarta : Grasindo 1997
Dimyati. Tjutju, Operations Research Model – model Pengambilan Keputusan, Sinar Baru Algensindo, Bandung, 2003.
Handoko, Dasar – dasar Manajemen Produksi Dan Operasi. BPFE, Yogyakarta, 1997.
Hamdy Taha, Operation Research An Introduction, Edisi 4, Macmillan, New York

Richard Bronson, Theory and Problem of Operation Research , McGraw-Hill, Singapore.

Subagyo Pangestu, Marwan Asri, dan T. Hani Handoko. Dasar-Dasar Operation Research, Yogyakarta: PT. BPFE-Yogyakarta, 2000.

Aminudin, Prinsip-Prinsip Riset Operasi, Erlangga, 2005

Yulian Zamit, Manajemen Kuantitatif, BPFE, Yogyakarta
Eddy Herjanto, 2003. Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Kedua Grasindo. Jakarta
Indrio Gitosudarmo, 2002. Manajemen Operasi. BPFE-Yogyakarta
Heizer. J & Render B, 2004. Operations Management, Seventh Edition (IE) Prentice Hall. USA.
Munjiati Munawaraoh, dkk,. 2004. Manajemen Operasi. Unit Penerbiatan Fakultas Ekonomi. (UPFE-UMY) Yogyakarta.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

CARA FLASH ACER E2 V370 DUO DUAL SIM 100% WORK

Kata kata motivasi belajar sangatlah penting