Makalah Persediaan dan Gudang



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Akun persediaan merupakan akun yang kompleks dan memerlukan pengendalian yang kuat karena persediaan adalah bagian yang utama dalam neraca dan sering kali merupakan perkiraan yang terbesar yang melibatkan modal kerja. Selain itu persediaan juga sering tersebar di beberapa lokasi yang menyulitkan perhitungan fisik. Untuk penilaian juga sulit karena keusangan dan perlunya mengalokasikan biaya manufaktur ke dalam persediaan. Persediaan bagi perusahaan manufaktur merupakan hal yang sangat material karena sebagian modal kerjanya digunakan untuk menghasilkan persediaan. Biaya persediaan mencakup bahan baku,tenaga kerja langsung, dan overhead manufaktur. Karena persediaan bersifat material bagi kebanyakan perusahaan manufaktur,maka meminjam sejumlah uang dengan menggunakan persediaan sebagai jaminannya sudah menjadi lazim.
Bagi perusahaan yang memiliki gudang persediaan diberbagai tempat dan memiliki persediaan yang merupakan barang konsinyasi dalam guudang penyimpanannya.Selain itu dengan tersebarnya  persediaan pada berbagai tempat,memungkinkan terjadinya penggelapan persediaan jika pengendalian intern yang dimiliki perrusahaan tdk dicegah. Mengingat besarnya risiko yang dapat muncul dalam sistem persediaan maka perusahaan  berusaha merancang pengendalian intern yang efektif di setiap sistem persediaannya.
Pengendalian intern yang tercipta sangat penting bagi perusahaan yang laporan keuangannya harus diaudit oleh akuntan publik. Pengendalian intern ini selain mempengaruhi keandalan iinformasi juga akan mempengaruhi luasnya lingkup pengujian yang dilakukan oleh akuntan publik khususnya pengujian substantif yang tergantung pada pengendalian internyang di desain dan diterapkan oleh klien. Selain itu struktur pengendalian intern yang efektif akan sangat mempengaruhi risiko pengendalian yang harus diterapkan oleh auditor dalam mengaudit laporan keuangan kliennya dan banyak bukti yang harus dikumpulkan serta prosedur pengujian substantif atas saldo perusahaan klien.




B.     Rumusan Masalah
1)      Apa itu persediaan?
2)      Apa saja tujuan dari audit persediaan?
3)      Bagaimana program audit terhadap persediaan?
4)      Bagaimana fungsi bisnis dalam siklus persediaan dan pergudangan?
5)      Bagaimana perlakuan akuntansi terhadap persediaan?
6)      Bagaiamana Sistem Pengendalian Intern terhadap persediaan?

C.    Tujuan
1)      Untuk mengetahui apa itu persediaan.
2)      Untuk memahami apa saja tujuan dari audit persediaan.
3)      Untuk memahami bagaimana desain program audit terhadap persediaan.
4)      Untuk memahami bagaimana fungsi bisnis dalam siklus persediaan dan pergudangan.
5)      Untuk mengetahui bagaimana perlakuan akuntansi terhadap persediaan.
6)      Untuk mengetahui bagaiamana Sistem Pengendalian Intern terhadap persediaan.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Persediaan 
Persediaan adalah merupakan bagian dari aset perusahaan yang pada umumnya nilainya cukup material dan rawan oleh tindakan pencurian ataupun penyalahgunaan. Oleh karena itu, biasanya akun persediaan menjadi salah satu perhatian utama auditor dalam pemeriksaan atas laporan keuangan perusahaan. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No.14, hal 14.1 s/d 14.2 & 14.9 – IAI, 2002, persediaan adalah aset:
1.      yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal.
2.      dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau
3.      dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses atau pemberian jasa.

Persediaan meliputi barang yang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali, misalnya barang dagang dibeli oleh pengecer untuk dijual kembali, atau pengadaan tanah dan properti lainnya untuk dijual kembali. Persediaan juga mencakup barang jadi yang telah diproduksi, atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi perusahaan, dan termasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi.
Biaya persediaan harus meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual atau dipakai. Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi, mana yang lebih rendah (the lower ofcost and net realiable value)
Persediaan mempunyai sifat–sifat sebagai berikut :
a.       Persediaan biasanya merupakan sebagai aset lancar (Current Asset) karena masa perputarannya hanya kurang atau sama dengan satu tahun saja.
b.      Persediaan merupakan jumlah yang besar terutama untuk perusahaan yang mengelola persediaan dari bahan baku menjadi barang jadi.
c.       Mempunyai pengaruh yang besar terhadap neraca dan perhitungan laba rugi bagi perusahaan selain itu juga sangat menentukan perusahaan pada akhir periode akuntansi.
Contoh dari perkiraan-perkiraan yang biasa digolongkan sebagai persediaan adalah:
·         Bahan baku (raw materials)
·         Barang dalam proses (work in process)
·         Barang jadi (finished goods)
·         Suku cadang (spare-parts)
·         Bahan pembantu: oli, bensin, solar.
·         Barang dalam perjalanan (goods in transit), yaitu barang yang sudah dikirim oleh Supplier tetapi belum sampai di gudang perusahaan.
·         Barang konsinyasi: consignment out (barang perusahaan yang dititip jual pada perusahaan lain). Sedangkan consignment in (barang perusahaan lain yang dititip jual di perusahaan) tidak boleh dilaporkan/dicatat sebagai persediaan perusahaan.
B.     Tujuan Audit Persediaan
Adapun tujuan utama pemeriksaan persediaan adalah untuk menentukan bahwa :
1.      Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas persediaan,
2.      Untuk memeriksa apakah persediaan yang tercantum di neraca betul-betul ada dan dimiliki oleh perusahaan pada tanggal neraca.
3.      Untuk memeriksa apakah metode penilaian persediaan (valuation) sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/Standar Akuntansi Keuangan.
4.      Untuk memeriksa apakah sistem pencatatan persediaan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK.
5.      Untuk memeriksa apakah terhadap barang-barang yang rusak (defective), bergerak lambat (s/ow moving) dan ketinggalan mode (absolescence) sudah dibuatkan allowance yang cukup.
6.      Untuk mengetahui apakah ada persediaan yang dijadikan jaminan kredit.
7.      Untuk mengetahui apakah persediaan diasuransikan dengan nilai pertanggungan yang cukup.
8.      Untuk mengetahui apakah ada perjanjian pembelian/penjualan persediaan (purchasel sales commitment) yang mempunyai pengaruh yang besar terhadap laporan keuangan,
9.      Untuk memeriksa apakah penyajian persediaan dalam laporan keuangan sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).
C.    Program Audit Persediaan
Program audit adalah suatu rencana audit yang terdiri atas prosedur-prosedur yang di desain untuk mencapai tujuan audit. Prosedur pemeriksaan dibagi atas prosedur compliance test, analytical review dan substantive test. Dalam praktiknya, prosedur pemeriksaan yang dibahas di sini harus disesuaikan dengan kondisi perusahaan yang diaudit.Prosedur pemeriksaan persediaan mencakup pembelian, penyimpanan, pemakaian dan penjualan persediaan, karena berkaitan dengan siklus pembelian, utang dan pengeluaran kas serta siklus penjualan, piutang dan penerimaan kas.

ü  Prosedur pemeriksaan untuk compliance test.
1.      Pelajari dan evaluasi internal control atas persediaan.
a)      Dalam hal ini auditor biasanya menggunakan internal control questionnaires.
b)      Lakukan test transaksi (compliance test) atas pembelian dengan menggunakan purchase order sebagai sample. Untuk test transaksi atas pemakaian persediaan (bahan baku) bisa digunakan material requisition sebagai sample. Untuk test transaksi atas penjualan, bisa digunakan faktur penjualan sebagai sample.
2.      Tarik kesimpulan mengenai internal control atas persediaan.
Jika dari test transaksi auditor tidak menemukan kesalahan yang berarti, maka auditor bisa menyimpulkan bahwa internal control atas persediaan berjalan efektif. Karena itu substantive test atas persediaan bisa dipersempit.

ü  Prosedur pemeriksaan untuk analytical review.
Auditor melaksanaan prosedur analitis untuk memeriksa hubungan saldo akun persediaan dengan akun lainnya. Selain itu, auditor seringkali juga menggunakan informasi non-keuangan untuk menilai kelayakan saldo yang berkaitan dengan persediaan. Setelah melaksanakan pengujian yang tepat atas catatan akuntansi biaya prosedur analitis, auditor akan memiliki dasar untuk merancang serta melaksanakan pengujian atas rincian saldo persediaan akhir. Adapun prosedur analitik kemungkinan salah saji yaitu sebagai berikut:
a.       Bandingkan persentase marjin kotor dengan tahun sebelumnya. Salah saji atau kurang saji persediaan dan harga pokok penjualan.
b.      Bandingkan perputaran persediaan (Harga Pokok Penjualan dibagi dengan persediaan rata-rata) dengan tahun sebelumnya. Investasi keuangan persediaan yang mempengaruhi persediaan dan harga pokok penjualan. Salah saji atau kurang saji persediaan
c.       Bandingkan persediaan biaya perunit dengan tahun sebelumnya. Salah saji atau kurang saji biaya perunit, yang mempengaruhi persediaan dan harga pokok penjualan
d.      Bandingkan nilai persediaan yang diperluas denan tahun sebelumnya. Salah saji dalam kompilasi, biaya perunit, atau pengalian, yang mempengaruhi persediaan dan harga pokok penjualan
e.       Bandingkan biaya produksi tahun berjalan dengan tahun sebelumnya (biaya variabel harus disesuaikan jika ada perubahan volumen). Salah saji biaya perunit persediaan, khususnya biaya tenaga kerja langsung dan overhead pabrik, yang mempengaruhi persediaan dan HPP.

ü  Prosedur pemeriksaan substantive atas persediaan.
1.      Lakukan observasi atas stock opname (perhitungan fisik) yang dilakukan perusahaan (klien).
2.      Minta Final Inventory List [Inventory Compilation) dan lakukan prosedur pemeriksaan berikut ini:
·         check mathematical accuracy (penjumlahan dan perkalian).
·         cocokkan“quantity per book” dengan stock card.
·         cocokkan “quantity per count dengan “count sheet kita (auditor)
·         cocokkan“total value” dengan buku besar persediaan.
3.      Kirimkan konfirmasi untuk persediaan consignment out.
4.      Periksa unit price dari raw material (bahan baku), work in process (barang dalam proses), finished goods (barang jadi) dan supplies (bahan pembantu).
5.      Lakukan rekonsiliasi jika stock opname dilakukan beberapa waktu sebelum atau sesudah tanggal neraca.
6.      Periksa cukup tidaknya allowance for slow moving (barang-barang yang bergerak lambat), barang-barang yang rusak dan barang-barang yang ketinggalan mode.
7.      Periksa kejadian sesudah tanggal neraca (subsequent event).
8.      Periksa cut-off penjualan dan cut-off pembehan.
9.      Periksa jawaban konfirmasi dari bank, loan agreement (perjanjian kredit), notulen rapat,
10.  Periksa apakah ada sates atau purchase commitment per tanggal neraca.
11.  Seandainya ada barang dalam perjalanan (goods in transit), lakukan prosedur berikut ini:
·         minta rincian goods in transit per tanggal neraca.
·         periksa mathematical accuracy,
·         periksasubsequent clearance.
12.  Buat kesimpulan dari hasil pemeriksaan persediaan dan buat usulan adjustment jika diperlukan.
13.  Periksa apakah penyajian persediaan di laporan keuangan sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK/ETAP/IFRS.

Secara umum, berikut beberapa tahapan prosedur audit yang harus dilakukan auditor dalam melakukan pemeriksaan atas akun persediaan diantaranya adalah :
1.      Pemahaman Bisnis Klien
Kecukupan pemahaman atas bisnis perusahaan merupakan dasar terhadap audit persediaan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh auditor melalui Kuesioner Pemahaman Bisnis dan Jenis Usaha Klien akan memberikan auditor pemahaman mengenai aspek-aspek unik dari bisnis dan jenis usaha, seperti faktor musiman dan siklus, sifat dari keuangan, metode dan kebijaksanaan penjualan, kondisi persaingan usaha, bahan baku dan sumbernya, tenaga kerja dan fasilitas pabrik yang berkaitan dengan kebijaksanaan operasi perusahaan serta karakteristik sistem informasi termasuk metode costing. Pemahaman ini memungkinkan auditor untuk mencapai kesimpulan mengenai aspek-aspek laporan keuangan yang memadai.
2.      Penilaian Pengendalian Intern
Tujuan pengendalian intern atas persediaan adalah untuk meyakinkan bahwa:
a)      adanya pengendalian yang memadai terhadap mutasi persediaan,
b)      semua transaksi persediaan telah dicatat dan diklasifikasikan dengan tepat,
c)      penghitungan fisik persediaan telah dijalankan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan,
d)     harga perolehan persediaan telah ditentukan dengan tepat,
e)      penyesuaian atas persediaan yang bergerak lambat (slow moving), usang dan rusak telah dilakukan dengan tepat.
3.      Pengujian Substantif
Tujuan utama pengujian substantif terhadap persediaan adalah untuk memberikan bukti nyata dari keberadaan dan penilaian persediaan. Pengujian ini meliputi observasi dan pengujian penghitungan fisik (stock taking), pengujian ringkasan dan pengujian harga.
Prosedur analitis itu penting pada audit atas persediaan dan pergudangan dan juga pada siklus-siklus lain. Tabel dibawah ini mencantumkan beberapa prosedur analitik yang umum di pakai,dan kemungkinan salah saji yang diindikasikan jika ada fluktuasi.

D.    Fungsi Bisnis dalam Siklus Persediaan dan Pergudangan
Berikut merupakan fungsi bisnis dalam siklus persediaan dan pergudangan :
1.      Memproses Order Pembelian
Permintaan pembelian digunakan untuk meminta bagian pembelian untuk meng-order barang persediaan. Permintaan dapat diajukan pegawai gudang pada saat persediaan mencapai tingkat tertentu, untuk material yang akan digunakan memproduksi order tertentu pelanggan, atau dilakukan atas dasar perhitungan periodik dari personil yang berwenang. Apapun metode yang digunakan, pengendalian atas permintaan pembelian dan order pembelian yang terkait harus dievaluasi dan diuji sebagai bagian dari siklus perolehan dan pembayaran.
2.      Menerima Bahan Baku Baru
Penerimaan barang yang di order adalahbagian dari siklus perolehan dan pembayaran. Barang diterima harus diperiksa kuantitas dan kualitasnya. Bagian yang menerima membuat laporan penerimaan barang yang menjadi bagian daridokumentasi yang perlu sebelum pembayaran dilakukan setelah inspeksi, barang dikirim ke gudang dan dokumen penerimaan dikirimkan kebagian pembelian, gudang dan hutang usaha.

3.      Menyimpan Bahan Baku
Setelah barang diterima, penyimpanan dilakukan di gudang sampai saatnya dibutuhkan untuk proses produksi. Barang tersebut dikeluarkan gudang setelah ada permintaan yang diotorisasi, perintah kerja, dan dokumen lain yang menyebutkan jenis dan jumlah barang yang diminta.dokumen permintaan ini dugunakan untuk manufaktur berkas induk persediaan perpetual dan membukukan perpindahan dari akun bahan baku ke akun barang dalam proses.
4.      Memproses Barang
Proses pengerjaan barang dalam siklus persediaan dan pergudangan sangat bervariasi untuk masing-masing perusahaan. Besarnya jumlah barang yang akan diproduksi secara umum dipengaruhi order pelanggan. Ramalan penjualan, tingkat persediaan barang jadi yang telah ditetapkan, dan ekonomis tidaknya proses produksi seringkali bagian pengandalian produksi, harus dibuat ketentuan yang mengatur kuantitas produksi, pengendalian barang rusak, pengawasan kualitas dan perlindungan fisik terhadap barang dalam proses. Bagian produksi harus mengadakan laporanproduksi dan barang rusak sehingga catatan akuntansi dapat mencerminkan pergerakan barang dan biaya produksi yang akurat.
Dalam perusahaan manufaktur struktur pengendalian intern akuntansi biaya yang baik adalah bagian penting dari fungsi proses barang. Struktur pengendalian intern diperlukan untuk menunjukkan profitabilitas relatif berbagai produk, untuk perencanaan dan pengendalian, dan untuk menilai persediaan bagi tujuan pelaporan keuangan. Ada dua jenis sistem biaya secaa umum, walaupun banyakvariasi dan kombinasi dalam praktik: sistem job-order (pekerjaan order) dan proces cost (biaya proses).Perbedaan utamanya adalah pada job-order biaya yang timbul diakumulasikan pada suatu pekerjaan orde tertentu, dan pada proces-cost biaya per unit produksi dialokasikan kepada tiap barang proses.
5.      Menyimpan Barang Jadi
Setelah barang jadi selesai dikerjakan bagian produksi, penyimpanan dilakukan digudang menunggu pengiriman. Dalam perusahaan dengan sisitem pengendalian intern yang baik, dilakukan pengendalian fisik atas barang jadi dengan memisahkannya dalam beberapa area dengan akses terbatas. Pengendalian barang jadi biasanya dianggap bagian dari siklus penjualan dan penerimaan kas.
6.      Mengirim Barang Jadi
Pengiriman barang jadi adalah bagian integral dari siklus penjualan dan penerimaan kas. Tiap pengiriman atau pengeluaran barang jadi harus didukung dokumen pengiriman yang diotorisasi dengan memadai.
7.      Berkas Induk Persediaan Perpetual
Satu bentuk catatan yang merupakan berkas induk persediaan perpetual. Catatan pepetual yang terpisah biasanya diadakan untuk pencatatan bahan baku dan barang jadi. Kebanyakan perusahaan tidak menggunakannya untukbarang dalam proses.
Berkas induk persediaan perpetual hanya memasukkan informasi mengenai jumlah unit persediaan yang dibeli, dijual dan yang tersimpan atauinfomasi mengenai biaya per unit. Untuk yang terakhir biasanya terdapat pada sisitem yang terencana dan terkomputerisasi.
Untuk pembelian bahan baku, berkas induk persediaan perpetual diperbaharui secara otomatis pada saat pembelian bahan diproses dalam sistem pencatatan transaksi perolehan. Misalnya, saat sistem komputer memasukkan jumlah unit dan biaya tiap pembelian bahan, informasi ini digunakan untuk memutakhirkan berkas induk persediaan perpetual bersamadengan jurnal perolehan dan berkas induk hutang usaha.
Berkas indukperpetual persediaan barang jadi mengikutkan informasi serupa dengan bahan baku, tetapi dengan kompleksitas yang lebih besar jika catatan biaya per unit juga diikutkan. Biaya-biaya barang jadi terdiri dari bahan baku , buruh langsung dan biaya overhead yang seringkali membutuhkan alokasi dan pencatatanyang rinci jika catatan perpetual menyertakan biaya per unit, pencatatan akuntansi biayanya harus diintigrasikan dalam suatu sistem komputer.
8.      Ikhtisar Dokumentasi Persediaan
Pergerakan fisik dan dokumentasi yang terkait dalam siklus dasar persediaan dan pegudangan. Ini menekankan suatu hal penting yaitu bahwa pencatatan biaya dan penggerakan persediaan harus sejalan dengan arus penggerakan fisik persediaan.


E.     Perlakuan Akuntansi Persediaan
Ø  Sistem Pencatatan Persediaan
Berikut ini ada dua metode pencatatan untuk persediaan,  yaitu :
1.      Sistem Perpetual/Metode Buku
Disebut sistem perpetual karena pencatatan akuntansinya dilakukan secara kontinyu (perpetual) baik untuk pencatatan jumlahnya maupun biayanya atau harga pokoknya. Dengan demikian jumlah maupun biaya persediaan dapat diketahui setiap saat. Sistem ini seringkali diterapkan oleh perusahaan yang menjual barang dagangan dengan harga per unit relatif mahal dan setiap unit barang dimungkinkan memiliki variasi spesifikasi sesuai dengan keinginan konsumen.
Contoh perusahaan yang menerapkan misalnya perusahaan mobil, perusahaan pesawat terbang, mebel, dan peralatan rumah tangga. Sistem perpetual ini juga bisa diterapkan oleh perusahaan selain yang dicontohkan di atas dikarena penggunaan wide-spreadsheet yang disediakan oleh komputer dan penggunaan scanner untuk mengidentifikasi setiap item persediaan.
Perlakuan akuntansi untuk sistem pencatatan persediaan perpetual adalah sebagai berikut :
a.       Pembelian barang dagangan akan di debit pada akun persediaan.
b.      Beban angkut pembelian akan di debit pada akun persediaan.
c.       Retur pembelian akan di kredit ke akun persediaan.
d.      Potongan pembelian akan di kredit ke akun persediaan.
e.       Beban pokok penjualan atau harga pokok penjualan (Cost of Good Sold) diakui bersamaan dengan pengakuan penjualan dan akun persediaan akan di kredit.
f.       Akun persediaan adalah akun pengendali yang didukung dengan buku besar pembantu untuk setiap jenis/item persediaan.

2.      Sistem Periodik/Metode Fisik
Disebut sistem periodik karena penghitungan jumlah dan nilai persediaan hanya akan diketahui pada akhir periode saja untuk penyiapan pembuatan laporan keuangan. Setiap terjadi transaksi pembelian barang maupun penjualan barang akun persediaan tidak pernah dimutasi atau tidak pernah di debit jika ada pembelian atau dikredit jika ada penjualan. Akun persediaan akan diperbaharui nilainya hanya pada akhir periode saja sebelum penyusunan laporan keuangan melalui penghitungan fisik persediaan (stock opname) di gudang. Saat ini sangat sedikit perusahaan yang menerapkan sistem periodik kecuali untuk perusahaan kecil yang menjual barang barang tertentu secara eceran dengan harga yang murah missal permen, korek api, dan lain lain.
Perlakuan akuntansi untuk sistem pencatatan persediaan periodik adalah sebagai berikut:
a.       Pembelian barang dagangan akan didebit pada akun pembelian.
b.      Tidak ada pencatatan pada akun persediaan.
c.       Beban angkut pembelian akan didebit pada akun beban angkut pembelian.
d.      Retur dan potongan pembelian akan dikredit ke akun retur dan potongan pembelian.
e.       Potongan tunai pembelian akun dikredit ke akun potongan tunai pembelian.
f.       Beban pokok penjualan atau harga pokok penjualan (Cost of Good Sold) dihitung pada akhir periode setelah melakukan penghitungan fisik dan penilaian persediaan akhir.

Ø  Metode Penilaian Persediaan
Menurut Kieso persediaan harus dinilai dengan menggunakan salah satu metode arus biaya. Arus biaya disini diantara adalah First in first out (FIFO), Biaya rata-rata (Average) dan Last in first out (LIFO):
1.      First in first out (FIFO)
Metode FIFO menunjukan bahwa barang-barang yang digunakan sesuai dengan urutan pembeliaannya. Metode ini mengasumsikan bahwa barang pertama yang dibeli adalah barang pertama yang dijual. Oleh karena itu persediaan yang tersisa merupakan barang yang dibeli paling akhir. Dengan metode FIFO harga pokok yang dibeli pertama diakui sebagai harga pokok penjualan yang pertama.
2.      Biaya rata-rata (Average)
Metode biaya rata-rata menghitung harga pos-pos yang terdapat dalam persediaan atas dasar biaya rata-rata barang yang sama dalam satu periode. Apabila perusahaan menggunakan metode pencatatan persediaan secara periodik, maka perhitungan menggunankan metode rata-rata tertimbang (weight-average method). Untuk mendapat harga pokok per unit, maka persediaan awal serta seluruh pembelian harus dijumlahkan dan jumlah harga pokok secara keseluruhan dibagi dengan jumlah unit persediaan secara keseluruh.
Sedangkan dalam metode pencatatan persediaan secara perpetual dikenal dengan metode rata-rata bergerak (moving average method). Hal ini dikarenakan, harga pokok per unit akan selalu berubah setiap terjadinya pembelian persediaan.
Keuntungan dalam menggunakan metode rata-rata adalah mudah untuk  diterapkan objektif dan tidak dapat digunkan untuk memanipulasi laba. Selain itu juga lebih banyak didasarkam pada pertimbangan praktis daripada pertimbangan konsepsional. Sedangkan untuk kerugiaannya adalah hanya bisa digunakan untuk persediaan yang bersifat realtif homogen dan nilai persediaan terhadap harga yang ada dalam periode tersebut tertinggal secara signifikan karena adanya kenaikan atau penurunan harga.
3.      Last in First Out (LIFO)
Metode ini berdasarkan pada asumsi bahwa barang yang paling barulah yang terjual. Metode LIFO ini sering dikritik, akan tetapi secara teoritis metode ini adalah metode yang  paling baik dalam pengaitan biaya persediaan dengan pendapatan. Apabila metode LIFO digunakan selama periode inflasi atau harga naik, LIFO akan menghasilkan harga pokok yang lebih tinggi, jumlah laba kotor yang lebih rendah dan nilai persediaan yang lebih rendah.
Dengan demikian, LIFO cenderung memberikan pengaruh yang stabil terhadap margin laba kotor, karena pada saat terjadi kenaikan harga LIFO mengaitkan biaya yang saat ini dalam perolehan barang-brang denga harga jual yang meningkat, dengan mengguakan LIFO, persediaan dilaporkan dengan menggunkan biaya dari pembelian awal. Jika LIFO digunakan dalam waktu lama, maka perbedaan antara lain persediaan saat ini dengan biaya LIFO akan semakin besar.

F.     Sistem Pengendalian Intern (SPI) Persediaan
Sistem Pengendalian Internal (SPI)  adalah suatu proses atau usaha yang sistematis dalam penetapan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan perusahaan, sistem informasi umpan balik, membandingkan pelaksanaan nyata dengan perencanaan menentukan dan mengatur penyimpangan-penyimpangan serta melakukan koreksi perbaikan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, sehingga tujuan tercapai secara efektif dan efisien.
Persediaan dalam perusahaan merupakan aktiva yang penting sehingga sistem internal control terhadap persediaan, fungsi  internal  control atas persediaan ada tiga yaitu :
a)      Internal control terhadap fisik persediaan
Pentingnya  internal control atas fisik persediaan karena persediaan mudah dipindah tempatkan dari kerawanan lainnya.
b)      Internal control terhadap pencatatan persediaan
Pengendalian timbul karena adanya jumlah persediaan dalam kartu persediaan yang diambil dan laporan barang sebagai penambahan dan bukti serta pemakaian sebagian pengurangan persediaan barang yang siap dijual yang sementara masih ada dalam gudang.
c)      Internal control atas jumlah persediaan
Setelah masuk dalam proses pemasangan produksi perluasan atau organisasi seharusnya menyusun suatu budget produksi untuk pengolahan bahan.




BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Audit atas persediaan adalah bagian yang paling kompleks dan menghabiskan waktu dalam audit, karena hal-hal berikut :
Persediaan adalah bagian utama dalam nerca, dan seringkali merupakan akun terbesar yang melibatkan modal kerja.
Persediaan dapat terbesar di beberapa lokasi yang menyulitkan perhitungan dan pengendalian fisik. Perusahaan menempatkan persediaannya sedemikiaa rupa untuk efisiensi produksi dan penjualan, tetapi penyebaran ini sering menimbulkan kesulitan auditor yang besar.
Bermacam ragam persediaan juga menyulitkan auditor. Barang-barang seperti perhiasan bahan kimia, suku cadang elektronik sering menyulitkan pengamatan dan penilaian.
Penilai persediaan juga dipersulit oleh faktor keuangan dan perlunya mengalokasi biaya manufaktur ke persediaan.
Ada beberapa metode penilaian persediaan yang dapat diterima, tapi klien harus memakai metode tersebut secara konsisten dari tahun ke tahun terlebih lagi sering perusahaan menggunakan metode penilaian persediaan yang berada untuk jenis persediaan yang berbeda.


DAFTAR PUSTAKA

Yusuf, Amir. 1996. Auditing Pendekatan Terpadu. Depok: PT Salemba Empat.
Mulyadi. 2001. Auditing. Edisi ke-6. Jakarta: PT Salemba Empat.
Agoes, Sukrisno. 2014. Auditing. Edisi ke-4. Kakarta: PT. Salemba Empat.
bunge12.wordpress.com/2012/06/04/rangkuman-audit-persediaan/html
yana-anggraini.blogspot.com/2012/09/pemeriksaan-persediaan.html
https://dikdiksalehsadikin.wordpress.com/2009/01/28/pelaksanaan-prosedur-analitis/



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Akuntansi Pajak “Persediaan”

CARA FLASH ACER E2 V370 DUO DUAL SIM 100% WORK

Kata kata motivasi belajar sangatlah penting